Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik

Gambar
  Kegiatan Praktik Coaching untuk Supervisi Akademik Oleh: Zulfahmi, S.Pd. Gr CGP Angkatan 7 Kab. Aceh Besar Salam dan Bahagia !          Melakukan refleksi merupakan salah satu upaya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan penerapan terhadap materi yang telah dipelajari.  Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001).             Pada kesempatan kali ini, saya sebagai CGP Angkatan 7 Kabupaten Aceh Besar akan merefleksikan diri terkait pembelajaran modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik dengan menggunakan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P. 1. Facts (Peristiwa)         M odul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik

Ringkasan Pemahaman Materi 2.4. Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching

Gambar
Secara definisi, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Kualitas pengajaran atau akademik guru diharapkan meningkat melalui supervisi akademik, namun hal ini tidak berarti supervisi akademik hanya berfokus pada peningkatan keterampilan dan pengetahuan semata. Kualitas guru yang diharapkan untuk berkembang juga termasuk didalamnya peningkatan motivasi atau komitmen diri. Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi kerja para guru.  1. Supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:  1. Kemitraan: proses kolaboratif antara supervi

Ringkasan Pemahaman Materi 2.3 Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching

Gambar
 1 Kompetensi Inti Coaching Berdasarkan ICF (International Coaching Federation) ada 8 kompetensi inti coaching, berikut 3 diantara 8: 1. Kehadiran Penuh/Presence Kehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching. 2.  Mendengarkan Aktif Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. 3. Mengajukan Pertanyaan Berbobot Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan da

Mengajukan Pertanyaan Berbobot

 Kegiatan Refleksi Anda tidak dapat memenuhi target pekerjaan, lalu kepala sekolah/rekan kerja Anda mengajukan pertanyaan berikut: Mengapa target tidak tercapai? Kelihatannya Anda tidak merencanakannya dengan baik ya? Memangnya Anda tidak mencoba cara A, B, C, D? Apakah tidak diperhitungkan sebelumnya bahwa ini tidak akan terpenuhi? Saya berusaha menjelaskan apa yang menjadi hambatan sehingga pekerjaan saya tidak memenuhi target dengan alasan-alasan yang logis.  Sebenarnya perencanaan saya sudah matang, namun karena ada hambatan yang terjadi membuat pekerjaan tidak sesuai target. Ketika apa yang saya rencanakan tidak berjalan dengan baik, tentu saya akan mencoba dengan cara yang lain dan mencari alternatif solusi.  Perencanaan yang saya buat sudah diperhitungkan dengan baik dan melalui berbagai pengalaman yang sudah dijalani, namun ada kendala yang memang belum ada solusinya yang membuat pekerjaan tidak sesuai target. Anda sedang bingung bagaimana mengimplementasikan apa yang Anda pela

Mendengarkan Aktif

Refleksi dan Pengalaman Berada   di 3 Situasi Tuliskan pengalaman Anda pada saat berbicara dengan orang kemudian Anda merasa di- label /dinilai oleh orang tersebut. Apa yang Anda rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan itu? Apa yang Anda lakukan setelah mendengarkannya? Pengalaman yang saya rasakan saat mendengar hal itu saya merasa perlu merefleksi apa yang dinilai mengenai saya dan mencoba memadankan dengan apa yang saya lakukan, jika memang penilaiannya benar maka ini menjadi masukan yang sangat berarti buat saya. Saya akan melakukan perbaikan atau peningkatan terhadap apa yang dinilai, dengan mencari pengalaman dengan lawan bicara saya dan mencoba validasi apakah informasi yang dibrikan bermanfaat bagi saya atau tidak untuk ditindaklanjuti. Tuliskan pengalaman Anda pada saat berbicara dengan orang kemudian Anda merasa/berpikir kalau orang tersebut salah mengartikan apa yang Anda sampaikan tanpa mengonfirmasinya terlebih dahulu . Apa yang Anda rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan

Ringkasan Pemahaman Materi 2.2. Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

 Salah satu tujuan pengembangan kompetensi diri adalah agar guru menjadi otonom, yaitu dapat mengarahkan, mengatur, mengawasi, dan memodifikasi diri secara mandiri (self-directed, self-manage, self-monitor, self-modify). Untuk dapat membantu guru menjadi otonom, diperlukan paradigma berpikir dan prinsip coaching bagi orang yang mengembangkan. 1.  Paradigma Berpikir Coaching untuk dapat membantu rekan sejawat kita untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:  1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan  Pada saat kita mengembangkan kompetensi rekan sejawat kita, kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka 2. Bersikap terbuka dan ingin tahu  Kita perlu berpikiran

Refleksi Diri Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

Gambar
  Dalam kehidupan sehari-hari, kemungkinan besar Bapak/Ibu sudah memiliki paradigma berpikir coaching dan memegang prinsip coaching dalam berkomunikasi dengan siapa saja. Mari kita lakukan refleksi diri sehubungan dengan paradigma berpikir coaching dan prinsip dengan menjawab pertanyaan berikut ini: Di antara paradigma berpikir dan prinsip coaching di bawah ini, manakah yang sudah Anda miliki? Skala 1-10, jika 10 sudah dimiliki dan diterapkan setiap hari, 1 belum dimiliki, ada di angka berapakah Anda? Di akhir Program Guru Penggerak, Anda ingin meningkatkannya ke angka berapa?

Ringkasan pemahaman Materi 2.1

 1. Konsep Coaching secara Umum  Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training. Agar lebih m

Eksplorasi Konsep : Metode Pengembangan Diri

Setelah membaca definisi-definisi mengenai  mentoring , konseling, fasilitasi dan training, tuliskan yang Anda ketahui mengenai  mentoring, coaching , konseling, training dan fasilitasi. Mentoring adalah mengajarkan berbagai tips, pengalaman, metode dan cara-cara sukses sesuai dengan pengalamannya.  Coaching adalah motivator yang mendukung tujuan coachee. Seorang coach percaya bahwa solusi ada pada setiap orang, jadi seorang coach tidak akan memberikan ilmu tertentu tapi mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali sehingga coachee bisa menemukan sendiri solusinya.  Konseling lebih banyak berbicara mengenai emosional masalah. Mirip dengan coaching, tapi yang menjadi fokus utama bukanlah peningkatan keterampilan seseorang, namun lebih kepada kemauan (motivasi/ mental/ sikap).  Training lebih kepada memberikan suatu transfer knowledge berupa ilmu tertentu kepada seseorang.  Karena traine  melatih orang tentang suatu subjek, maka mereka harus ahli pada subjek itu Sedangkan Fasilitator

Mulai dari diri Modul 2.3. Coaching Untuk Supervisi Akademik

Gambar
Komunikasi Kepala Sekolah, Pengajar Praktik, CGP   Pada  modul   coaching   untuk supervisi akademik. Pembelajaran dimulai dari diri Sendiri. Sebagai seorang guru, Saya merupakan seorang pemimpin pembelajaran. Dalam perjalanan Saya sebagai seorang guru, tentunya Saya pernah mendapatkan pengalaman terkait dengan supervisi akademik sebagai salah satu cara pengembangan kompetensi diri Saya.  Pada sesi mulai dari dari diri ini, Saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif terkait supervisi akademik dan pengembangan kompetensi diri.    Pertanyaan-pertanyaan reflektif sesi mulai dari diri   1.    Selama menjadi guru, tentunya pembelajaran Anda pernah diobservasi atau disupervisi oleh kepala sekolah Anda. Bagaimana perasaan Anda ketika diobservasi? Pada awalnya saya merasa cemas dan gugup karena ada seseorang yang memperhatikan cara saya mengajar dan menilai perangkat pembelajaran yang saya buat. Ada kekehawatiran apakah pembelajaran saya sudah baik, apakah perangkat pembelajaran saya s

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial - Emosional (PSE)

Gambar
  Kegiatan 15 menit sebelum pembelajaran Oleh: Zulfahmi, S.Pd. Gr CGP Angkatan 7 Kab. Aceh Besar Salam dan Bahagia !         Melakukan refleksi merupakan salah satu upaya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan penerapan terhadap materi yang telah dipelajari.  Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001).             Pada kesempatan kali ini, saya sebagai CGP Angkatan 7 Kabupaten Aceh Besar akan merefleksikan diri terkait pembelajaran modul 2.2 dengan menggunakan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P. 1. Facts (Peristiwa)         Pembelajaran Modul 2.2 ini seperti di modul-modul sebelumnya dengan menggunakan alur MERDEKA, dimula