Ringkasan Pemahaman Materi 2.4. Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching

Secara definisi, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak.

Kualitas pengajaran atau akademik guru diharapkan meningkat melalui supervisi akademik, namun hal ini tidak berarti supervisi akademik hanya berfokus pada peningkatan keterampilan dan pengetahuan semata. Kualitas guru yang diharapkan untuk berkembang juga termasuk didalamnya peningkatan motivasi atau komitmen diri. Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi kerja para guru. 

1. Supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi: 
1. Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru 
2. Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu 
3. Terencana 
4. Reflektif 
5. Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati 
6. Berkesinambungan 
7. Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik

2. Tindak lanjut Supervisi

Kegiatan tindak lanjut dapat berupa kegiatan langsung atau tidak langsung seperti percakapan coaching, kegiatan kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, serta kegiatan lainnya dimana para guru belajar dan memiliki ruang pengembangan diri lewat berbagai kegiatan. Semua kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi.
Seorang supervisor dengan paradigma berpikir seorang Coach akan senantiasa menjadi mitra pengembangan diri para guru dan rekan sejawatnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid. Percakapan-percakapan antara supervisor dan para guru senantiasa memberdayakan sehingga setiap guru dapat menemukan potensi dan meningkatkan kompetensi yang ada pada setiap individu. Supervisi akademik menjadi bagian dalam perjalanan seorang pendidik menuju tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid dan membawa setiap murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan. 

3. Kepala Sekolah sebagai seorang Coach 

Carl Glickman (1985) dari Universitas Georgia mengatakan bahwa hal ini mungkin terjadi jika: 
1. Adanya rasa percaya dalam hubungan supervisor dan guru serta dalam proses supervisi akademik 
2. Guru menyadari dan memahami peran yang sedang ditunjukkan oleh kepala sekolah 
3. Peran kepala sekolah tulus dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. 

Ketika menjadi sedang dalam kebutuhan untuk evaluasi, hanya perilaku sebagai evaluator yang ditunjukkan. Ketika sedang melakukan percakapan coaching, maka perilaku seorang coach-lah yang ditampilkan. Begitupula dengan peran lainnya yang mungkin dibutuhkan seperti konsultan atau trainer. Terlepas dari proses supervisi akademik, kepala sekolah perlu menginformasikan pada coachee mengenai peran yang sedang dilakukan. Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching memberikan sebuah dimensi pertumbuhan dan pengembangan diri yang seringkali hilang dari sebuah rangkaian supervisi (Dolcemascolo, Miori- Merola, dan Ellison 2014 dalam Costa, A. 2016). 
Percakapan-percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya pembelajaran yang berpihak pada murid.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Diri Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

Refleksi D.4a Bentuk Penguatan KSE Diri

Ringkasan Pemahaman Materi 2.3 Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching