Secara definisi, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang
bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan
pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai
kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak
pada anak.
Kualitas pengajaran atau akademik guru diharapkan meningkat melalui supervisi
akademik, namun hal ini tidak berarti supervisi akademik hanya berfokus pada
peningkatan keterampilan dan pengetahuan semata. Kualitas guru yang diharapkan
untuk berkembang juga termasuk didalamnya peningkatan motivasi atau komitmen diri.
Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi kerja para guru.
1. Supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching
Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir
coaching meliputi:
1. Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
2. Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
3. Terencana
4. Reflektif
5. Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
6. Berkesinambungan
7. Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik
2. Tindak lanjut Supervisi
Kegiatan tindak lanjut
dapat berupa kegiatan langsung atau tidak langsung seperti percakapan coaching,
kegiatan kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, serta kegiatan lainnya
dimana para guru belajar dan memiliki ruang pengembangan diri lewat berbagai
kegiatan. Semua kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan
pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi.
Seorang supervisor dengan paradigma berpikir seorang Coach akan senantiasa menjadi mitra pengembangan diri para guru dan
rekan sejawatnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid. Percakapan-percakapan antara supervisor dan para
guru senantiasa memberdayakan sehingga setiap guru dapat menemukan potensi dan meningkatkan kompetensi yang ada pada setiap
individu. Supervisi akademik menjadi bagian dalam perjalanan seorang pendidik menuju tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid
dan membawa setiap murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
3. Kepala Sekolah sebagai seorang Coach
Carl Glickman (1985) dari Universitas Georgia mengatakan bahwa hal ini mungkin terjadi jika:
1. Adanya rasa percaya dalam hubungan supervisor dan guru serta dalam
proses supervisi akademik
2. Guru menyadari dan memahami peran yang sedang ditunjukkan oleh kepala
sekolah
3. Peran kepala sekolah tulus dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
Ketika menjadi sedang dalam kebutuhan untuk evaluasi, hanya perilaku sebagai
evaluator yang ditunjukkan. Ketika sedang melakukan percakapan coaching, maka
perilaku seorang coach-lah yang ditampilkan. Begitupula dengan peran lainnya yang
mungkin dibutuhkan seperti konsultan atau trainer. Terlepas dari proses supervisi
akademik, kepala sekolah perlu menginformasikan pada coachee mengenai peran yang
sedang dilakukan.
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching memberikan sebuah
dimensi pertumbuhan dan pengembangan diri yang seringkali hilang dari sebuah
rangkaian supervisi (Dolcemascolo, Miori- Merola, dan Ellison 2014 dalam Costa, A.
2016).
Percakapan-percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam
(metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya
sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang
berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi
tercapainya pembelajaran yang berpihak pada murid.
Komentar
Posting Komentar