BUDAYA POSITIF TERHADAP PESERTA DIDIK
Oleh : MEDI ISMAIDI
CGP ANGKATAN 7
TUJUAN
:
1. Lebih terciptanya budaya positif di sekolah
2. Dapat memahami miskonsepsi yang terjadi di lingkungan sekolah
3. Dapat menyesuaikan penyelesaian miskonsepsi yang terjadi di lingkungan
sekolah
4. Bahan refleksi untuk semua komunitas sekolah
6
hal yang menyangkut dengan budaya positif
1.
Disiplin positif dan nilai-nilai universal
2.
Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
3.
Keyakinan Kelas
4.
Kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas
5.
Lima posisi Kontrol
6.
Segitiga restitusi
A. Disiplin positif dan nilai-nilai universal
Makna dari disiplin Mendisiplinkan diri adalah adanya rasa ketaatan dan
kepatuhan terhadap nilai-nilai yang diprcaya dan menjadi tanggung jawab sendiri
yang harus dilaksanakan.
Suatu kemanpuan seseorang mengendalikan perilaku yang berasal dari dalam diri
seseorang sesuai dengan hal-hal yang telah diatur atau norma yang sudah ada.
Bapak Pendidikan kita, Ki
Hajar Dewantara menyatakan bahwa
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun
disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita
dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap
melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan
peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiraN, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,
Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470
B. Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Motivasi
apakah yang mendasari tindakan Anda?
1. Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin ditegur oleh atasan
Anda dan kemudian mendapat surat peringatan (menghindari ketidaknyamanan
dan hukuman)
2. Anda ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan
sebagai karyawan atau guru berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan
dari orang lain)
3. Anda ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri
sebagai teladan bagi murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda
sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri
sendiri).
Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda? Atau bahkan
kombinasi dari dua motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya?
Untuk menghindari ketidaknyamanan atau
hukuman
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku
manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman
atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak
melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin
muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak
terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut.
Motivasi ini bersifat eksternal.
Untuk mendapatkan imbalan atau
penghargaan dari orang lain.
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini
orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila
saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian
dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia
berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan,
atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal.
Untuk menjadi orang yang mereka inginkan
dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Orang dengan motivasi ini
akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apa bila saya melakukannya?
Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan
mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan
nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat
seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat
internal, bukan eksternal.
C. KEYAKINAN KELAS
keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati secara
tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun
agama.
Mengapa keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja?
Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’
daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan
dipahami oleh semua warga kelas.
Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang
dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
D. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Ada 5 Kebutuhan Dasar Manusia
1. Kebutuhan Bertahan Hidup
2. Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima)
3. Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan
atas Kemampuan)
4. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
5. Kesenangan (Kebutuhan untuk
merasa senang)
Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas
lewat kegiatan curah pendapat.
Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
1.
Kebutuhan Bertahan Hidup
Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis
untuk bertahan hidup misalnya kesehatan, rumah, dan makanan. Kebutuhan biologis
sebagai bagian dari proses reproduksi termasuk kebutuhan untuk tetap bertahan
hidup. Komponen psikologis pada kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan perasaan
aman.
2.
Kasih sayang dan Rasa
Diterima (Kebutuhan untuk Diterima)
Kebutuhan ini dan tiga kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan psikologis.
Kebutuhan untuk disayangi dan diterima meliputi kebutuhan akan hubungan dan
koneksi sosial, kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan
untuk merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan ini juga meliputi
keinginan untuk tetap terhubung dengan orang lain, seperti teman, keluarga,
pasangan hidup, teman kerja, binatang peliharaan, dan kelompok dimana kita
tergabung.
3. Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)
Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu, menjadi
kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi dan keterampilan kita,
didengarkan dan memiliki rasa harga diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan
untuk dianggap berharga, bisa membuat perbedaan, bisa membuat pencapaian,
kompeten, diakui, dihormati. Ini meliputi self esteem, dan keinginan untuk
meninggalkan pengaruh
4. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki
pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang
5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan, bermain,
dan tertawa. Bayangkan hidup tanpa kenikmatan apa pun, betapa menyedihkan.
Glasser menghubungkan kebutuhan akan kesenangan dengan belajar
Kebut
E. Restitusi - Lima Posisi Kontrol
Kelima posisi kontrol tersebut adalah
- Penghukum
- Pembuat Rasa Bersalah
- Teman
- Pemantau
- Manajer.
F. Restitusi - Segitiga Restitusi
Ada tiga sisi segitiga restitusi yang perlu kita perhatikan
Sisi 1. Menstabilkan Identitas
(Stabilize the Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang
yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang
melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang
mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada
benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam
posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyakinkan
si anak, dan tertawa. Bayangkan hidup tanpa kenikmatan apa pun, betapa
menyedihkan. Glasser menghubungkan kebutuhan akan kesenangan dengan belajar.
Sisi 2. Validasi Tindakan yang Salah
(Validate the Misbeh )
Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan
dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan,
kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Sisi 3. Menanyakan keyakinan ( seek the
belief )
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau keluarga
Komentar
Posting Komentar