Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1 Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Aceh Besar
Merdeka Belajar |
Menurut
Anggraeny (2009), jurnal reflektif merupakan sarana untuk melatih strategi
berpikir metakognitif. Metakognitif sendiri artinya adalah kesadaran berpikir
tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Menurut Weinert dan
Kluwe (diacu dalam Maulana: 2008), metakognitif adalah secon-order cognition
yang memiliki arti berpikir tentang berpikir, pengetahuan tentang pengetahuan,
atau refleksi tentang Tindakan. jurnal reflektif bermanfaat untuk merefleksikan
hasil belajar, menyusun suatu alur pikir secara tertulis, yang bagi guru dapat
menjadi acuan dalam menilai berhasil tidaknya peserta didik mempelajari materi
yang disampaikan. Penggunaan jurnal reflektif diharapkan tidak bisa lepas dari
membangun budaya kebiasaan menulis untuk mengisi secara terus-menerus khasanah
keilmuan dalam bidang ilmu pembelajaran.
Dalam
Program Guru Penggerak dikenal dengan Jurnal refleksi dwimingguan, jurnal ini
merupakan sebuah tulisan tentang refleksi diri setelah mengikuti sebuah
kegiatan pelatihan (upgrading skill) yang ditulis secara rutin setiap dua
mingguan.
Jadi kali ini saya akan menulis mengenai refleksi saya mengenai kegiatan pendalaman materi yang sudah dilalui, baik melalui syncrounus maupun asyncrounus khususnya pada modul 1.1 Tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dalam menulis jurnal refleksi ini saya berpedoman pada model 4F, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway, yang mencakup: 1) Fact; 2) Feeling; 3) Findings; dan 4) Future.
Loka Karya Orientasi CGP A.7 Kab. Aceh Besar |
FACTS
(PERISTIWA)
Pada tanggal 20 Oktober 2022 CGP Angkatan 7 resmi dibuka oleh Kemendikbudristek yaitu Bapak Nadiem Makarim,B.A.,M.B.A. dan Dirjen GTK melalui zoom yang diikuti CGP Angkatan 7 se Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa pada awal-awal bulan beliau menjadi Menteri, beliau menemui guru-guru di daerah dan kagum atas semangat guru untuk memberikan yang terbaik bagi murridnya. Pak Nadiem juga berpesan Dedikasi para guru ini harus diimbangi dengan rasa berani, keberanian untuk refleksi, keberanian untuk merubah kea rah yang lebih baik, keberanian untuk menjadi pemimpin perubahan. Setelah kegiatan zoom meeting seluruh CGP Angkatan 7 wajib mengikuti kegiatan yang ada di LMS mulai dari mempelajari modul 1.1. tentang Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep di forum diskusi yang dipimpin oleh fasilitator. Kemudian ada ruang kolaborasi, di mana setiap CGP berkolaborasi bersama kelompoknya masing-masing.
Pada tanggal 23 Oktober 2022 diadakan lokakarya orientasi secara luring yang bertempat di BGP Provinsi Aceh untuk wilayah kami Aceh Besar yang berjumlah 3 kelas, kegiatan dimulai dari pukul 08.00 s.d. 16.00 WIB. Dalam kegiatan ini diundang juga pengawas dan Kepala sekolah tempat CGP mengajar. Dengan diikutsertakannya Kepala Sekolah serta pengawas dalam lokakarya tersebut semakin memantapkan posisi kami sebagai CGP karena Beliau mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang perjalanan Pendidikan Guru Penggerak sehingga diharapkan dapat memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada saya sehingga saya dapat melaksanakan Pendidikan Guru Penggerak ini dengan baik. Dalam moment ini kami fokus menggali dan memperluas wawasan kami tentang mengenali siapa saya, apa yang belum dan sudah ada pada diri saya serta mengerjakan 5 LK dan mendiskusikannya untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam.
Dengan
bimbingan bapak Andri Muhrizan selaku Pengajar Praktik saya merasa
lokakarya orientasi ini menjadi sangat menyenangkan sehingga waktu yang cukup
lama tersebut menjadi tidak terasa. Kegiatan dimulai dengan membuat kesepakatan
kelas, kemudian kami sebagai CGP diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
harapan serta kekhawatiran dalam menjalankan seluruh rangkaian kegiatan CGP
melalui plano. Beliau juga meminta kami membuat google site sebagai wadah guru
penggerak yang nantinya siap berbagi praktik baik bagi guru-guru yang lain.
Kurang
lebih selama dua minggu, mulai 24 Oktober sampai 1 November 2022 kami belajar
mandiri melalui LMS yang dirancang dengan sangat bersahabat, sehingga para CGP
tidak susah untuk mengeksplore fitur-fitur yang ada di dalam LMS itu sendiri.
Kegiatan demi kegiatan dilaksanakan hingga kami diharuskan membuat karya berupa
demonstrasi konstektual.
Pada tanggal 2 dan 3 November 2022, diadakan kegiatan Elaborasi Pemahaman bersama Ibu Irmi selaku Instruktur kami. Instruktur memberikan asupan ilmu tentang pemahaman yang sangat mendalam mengenai konsep Filosofi KHD dan penerapannya pada konteks lokal sosial budaya yang ada di Aceh. Berdiskusi dan terus belajar sehingga kami ditugaskan untuk membuat modul itu dalam bentuk grafik, infografis, blogspot, video, dll berupa modul koneksi antar materi, kesimpulan dan refleksi pemikiran Ki Hajar dewantara.
FEELING
(Perasaan)
Selama
kurang lebih dua minggu menjadi CGP, banyak sekali hal yang
dirasakan. sedih , senang, down, bahagia, semua bercampur aduk dengan
keinginan dan tekad yang kuat untuk dapat menyelesaikan Program Guru Penggerak
ini. Keseluruhan perasaan tersebut saya ibaratkan juga dengan apa yang dialami
oleh murid-murid saya.
Banyak
ilmu Pengetahuan yang saya dapatkan selama menjalani proses ini,
bagaimana menjadi guru yang seharusnya, bagaimana memerdekakan anak, upaya apa
yang harus dilakukan, dan sebagainya. Keseluruhan rangkaian yang ada di dalam LMS
membuat saya merasakan bahwa apa yang saya ketahui tentang Pendidikan sangat
jauh dari yang diharapkan dengan pemikiran filosofi Ki Hajar Dewantara.
Betapa
harus dicontohnya sosok Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa kita
harus memanusiakan manusia, sehingga murid dapat mencapai kodrat alam, namun
juga tetap selalu membuka mata untuk setiap hal positif di luaran sana (kodrat
zaman) sehingga anak didik kita dapat merasakan kebahagiaan dan keselamatan
sejati.
FINDINGS
(Pembelajaran)
Dalam
pembelajaran ini saya menemukan hal-hal yang kurang saya pahami sebelumnya
yaitu tentang filosofis Ki Hajar Dewantara. Saya mendapat ilmu-ilmu baru yang
sangat saya perlukan untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang
pendidik. Melalaui Dasar pemikiran ki hajar Dewantara ini saya merasa mendapat
bekal yang tidak ternilai harganya.
Sebagai
seorang pendidik saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat dengan
mengacu pada trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun
karso dan tut wuri handayani.
Bahwa
anak memiliki kodrat merdeka, merdeka batin adalah pendidikan sedangkan merdeka
lahir adalah pengajaran. Dua hal yang saling bergantug satu sama lain. Oleh
karena itu saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan minat, bakat , dan kreatifitasnya
sebab manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya tidak tergantung pada orang
lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Saya
harus memandang murid bukanlah kertas yang bisa digambar sesuai kemauan saya,
karena mereka lahir dengan kodrat yang samar. Tugas kita adalah menebalkan
garis-garis samar itu agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia
seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Menerapkan
budi pekerti yang luhur atau akhlak mulia merupakan keharusan yang tidak
terbantahkan dengan cara mengintegrasikan setiap proses pembelajaran dengan
pencapaian profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri
, bernalar kritis dan kreatif.
FUTURE
(Penerapan)
Banyak
hal yang dapat saya terapkan pembelajaran sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara
jika dikaitkan dengan Sosial Budaya Daerah Aceh Besar yang merupakan daerah tempat
saya bertugas, seperti Meuseuraya (gotong royong), membaca doa sebelum dan
sesudah mengikuti pembelajaran, mengucapkan salam, dan juga menggunakan media
IT sebagai media pembelajaran sesuai dengan kodrat zaman sekarang ini.
Saya
akan merealisasikan hal terbaik dalam proses pembelajaran agar tujuan
pendidikan bisa tercapai dengan baik. Banyak hal yang akan saya benahi, karena
saya sadar selama ini yang saya lakukan jauh dari kata sempurna jika dikaitkan
dengan filosofis Ki Hajar Dewantara. Pembelajaran yang berpusat pada guru harus
segera diganti dengan pembelajaran yang berpusat pada murid, agar tercipta
interaktif yang menyenangkan antara guru dan siswa.
Memberi
kebebasan kepada anak-anak untuk menggali potensi yang dimilikinya harus terjadi
dalam proses pembelajaran agar mereka menemukan jati dirinya sehingga menjadi
manusia seutuhnya.
Merasa
egois kepada peserta didik bukan lagi hal yang perlu dipertahankan tetapi
kita harus merubahnya dengan menuntun peserta didik agar kodrat alam yang
dimilikinya sejak lahir bisa berkembang kearah yang lebih baik dan kodrat zaman
dimana mereka hidup saat ini bisa mereka dapatkan sehingga akan mempermudah
mereka dalam mengatasi persoalan hidupnya dimasa kini ataupun masa yang akan
datang.
Terimakasih.
Komentar
Posting Komentar